Perkembangan psikologi sebagai dasar ilmu perilaku telah mengalami
beberapa perubahan yang mendasar dikatakan suatu revolusi, yakni munculnya
aliran-aliran psikologi. Perubahan yang pertama adalah munculnya aliran jiwa
dalam ( depth pschyology ). Dari aliran psikologi ini muncul juga aliran
yang disebut psikologi analisis. perubahan yang kedua munculnya aliran
behaviorisme, yang lebih menekankan perilaku manusia lebih dipandang dari
fenomena yang tampak dari luar diri manusia. Sedangkan yang ketiga adalah aliran
humanistik. penjelasan lebih lanjut tentang aliran - aliran ini dapat di ikuti
uraian dibawah ini.
1. Aliran psikoanalisis ( teori freund)
perkembangan psikologi telah
mengalami beberapa perubahan yang mendasar atau dapat dikatakan suatu revolusi,
yakni :
1. timbulnya aliran ilmu jiwa dalam (depth pschyology).
dari aliran psikologi ini muncul juga aliran lagi yang disebut psiko analisis.
tokoh psikolo-analisis ini telah diuraikan diatas adalah Sikmond Freund.
menurut aliran ini, perilaku manusia didasari oleh naluri primitifnya, yakni
seks.sedangkan perilaku ini ditentukan oleh struktur kepribadian manusia, yang
terdiri 3 aspek,yakni :
a)
das es (the id)
aspek kepribadian menurut Freund
aspek biologis.aspek biologis kepribadian manusia adalah prinsip mencari
kenikmatan dan menghindari ketidaknikmatan manusia pada hakikatnya selalu ingin
mencari kenikmatan biologis, terutama Sex.
b)
das ich ( the ego )
Das ich
ini adalah aspek psikologis kepribadian berhubungan dengan realitas. Dalam
mencari kenikmatan dan menghindari ketidaknikmatan, tidak membabi buta demi
kenikmatan itu sendiri. Dalam memperoleh kenikmatan biologis ini seseorang
menyesuaikan dengan kenyataan, dan kondisi dunia riil. Itulah bedanya manusia
dengan makhluk hidup yang lain. Apabila makhluk hidup yang lain dalam mencapai
kenikmatan biologisnya, misalkan seks tidak akan dikendalikan oleh das ich ini,
maka dapat melakukan di mana saja dan kapan saja. Hal ini tidak akan dilakukan
oleh manusia.
c)
das uber
ich (the super ego)
Das uber
ich adalah aspek sosiologis kepribadian yang berhubungan dengan nilai-nilai
moral. Dalam mencari kenikmatan dan menghindari ketidaknikmatan manusia,juga
dikendalikan oleh nilai-nilai umum, yang diciptakan oleh lingkungan manusia.
Nilai-nilai moral ini disebut super ego, hati nurani manusia itu sendiri.
Dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh kepribadiannya. Sedangkan kepribadian manusia ditentukan oleh prinsip pencarian kenikmatan dan penghindaran ketidaknikmatan (aspek biologis), dan dalam pencarian kenikmatan dan penghindaran ketidaknikmatan tersebut, perilaku manusia akan menyesuaikan dengan realitas(aspek psikologi), serta dikendalikan oleh norma-norma social(aspek sosiologis), yang adalah juga hati nurani manusia. Seberapa jauh orang dapat mengendalikan manusia.
2. Aliran Behaviorisme
Konsep behaviorisme menganalisis perilaku manusia dari gejala yang tamapk saja, yang dapat diukur dan diramalkan. Disamping itu konsep behaviorisme ini juga menganut teori belajar. Karena mereka mengakui bahwa seluruh perilaku manusia (kecuali instimg) adalah hasil dari belajar. Konsep behaviorisme ini dalam perkembangannya lahir beberapa aliran, yakni empirisme, nativisme, naturalism dan konvergensi.
1. Aliran Empirisme
Aliran
Empiris ini mula-mula dipelopori oleh Aristoteles, dan kemudian dilanjutkan
john locke (1632-1704). Menurut aliran empirisme, pada saat manusia lahir
adalah dalam keadaan kosong seperti meja lilin atau kertas lilin (tabularasa).
Kertas ini akan terisi dan berwarna warni oleh karena lingkungannya. Empirisme
ini sering diidentikkan dengan teori tabularasa, adalah gambaran seorang bayi
yang baru lahir dalam keadaan putih bersih. Tetapi akhirnya bayi tersebut
tumbuh dan berkembang menjadi anak atau orang dewasa yang bermacam-macam bentuk
perilakunya, adalah karena pengaruh lingkungan utamanya, pendidikan.
2. Aliran Nativisme
Tokoh
aliran ini adalah Schopenhouer (1788-1860). Nativisme berasal dari kata natal,
yang berarti lahir. Oleh karena itu aliran ini menganggap bahwa perilaku
manusia itu sudah dibawah sejak lahir. Sehingga lingkungan tidak mempunyai
peran atau kekuatan apa pun dalam membentuk perilaku manusia. Perilaku baik
maupun buruk seseorang adalah memang sudah ada terbentuk atau dibawa sejak
lahir.aliran ini juga disebut aliran pesimisme, karena lingkungan tidak dapat
berbuat apa-apa(pesimis) dalam mempengaruhi atau menentuksn perilaku manusia.
Lingkungan, termasuk pendidiakn tidak mempunyai peran apa-apa dalam membentuk
perilaku manusia.
3. Aliran Naturalisme
Tokoh
aliran ini adalah Jan Jack Rousseau (1712-1778). Aliran ini berpendapat bahwa
manusia pada hakikatnya lahir dalam keadaan yang baik, tetapi menjadi tidak
baik karena lingkungannya. Aliran ini hampir sama dengan aliran nativisme,
karena mendasarkan pada konsep “lahir”. Perbedaannya, aliran nativisme konsep
lahir itu bias baik, dan bias juga buruk. Apabila dilahirkan baik akan
berkembang tidak baik. Tetapi pada aliran naturalism berpendapat bahwa anak
dilahirkan dalam keadaan yang baik saja. Akhirnya menjadi tetap baik atau bias
jadi buruk karena factor lingkungan.
4. Aliran Konvergensi
Tokoh
aliran konvergensi ini adalah William Stern (1871-1939) seorang ahli pendidikan
dari Jerman. Aliran konvergensi merupakan perpaduan antara aliran empirisme dan
nativisme. Bahwa perilaku seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh
lingkungan dan pembawaan dari sejak lahir, tetapi kedua-duanya berperan secara
bersama-sama. Hal ini berarti bahwa memang perilaku dapat dikembangkan,tetapi
mmempunyai keterbatasan-keterbatasan, yakni pembawaan. Implikasinya dalam
pendidikan, adalah bahwa pendidikan memang dapat dan harus diberikan kepada
anak dalam rangka pengembangan perilaku, termasuk kemammpuan-kemampuan hidup.
Tetapi pendidikan dalam mengembangkan kemampuan anak, hasilnya pasti berbeda
antara anak yang satu dengan yang lain. Hal ini harus dimaklumi, karena
pembawaan anak yang satu berbea dengan anak yang lainnya.
3. Aliran Psikologi Kognitif
Psikologi kognitif bersunber pada aliran rasionalisme yang dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804), dan Rene Descartes (1596-1650). Aliran ini mempersoalkan pengetahuan manusia yang akan mempengaruhi perilaku manusia itu bukan semata-mata karena indra kita. Sebab indra manusia tidak dapat dipercaya. Oleh sebab itu stimulus atau lingkungan manusia tidak serta merta menimbulkan reaksi atau respon pada manusia dalam bentuk perilaku. Oleh sebab itu maka aliran rasionalisme tidak setuju adanya pengetahuan indra, tetapi pengetahuan budilah yang penting. Alasannya sederhana karena indra kita tidak setia, sering menyampaikan hasil pengamatannya tidak tepat. Contoh: rel kereta api yang panjang dan lurus, dan mempunyai jarak yang sama antara dua batang rel tersebut mulai dari pangkal sampai ujung, tetapi terlihat oleh indra seolah-olah menyatu dalam satu titik di ujung yang lain. Oleh sebab itu aliran ini menyimpulkan bahwa jiwa yang menjadi alat utama untuk pengetahuan, bukan indra. Jiwalah yang menjadi alat utama untuk menafsirkan hasil pengamatan indra menjadi pengetahuan, mulai dari mencipta, mengorganisasikan dan penafsiran, dan mencari makna. Pada kenyataannya tidak semua stimulus yang di tangkap melalui indra di olah menjadi pengetahuan yang akhirnya menghasilkan perilaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar