Pages

Senin, 18 November 2013

TAMAN NASIONAL BALI BARAT



Riwayat Taman Nasional Bali Barat (TNBB) dimulai sejak tanggal 24 Maret 1911, ketika seorang ahli biologi dari Jerman, Dr. Baron Stressman, mendarat di sekitar wilayah Singaraja karena kapal Ekspedisi Maluku II yang ditumpanginya mengalami kerusakan. Baron Stressman tinggal di wilayah ini selama tiga bulan. Melalui penelitian yang tak disengaja, Baron Stressman menemukan spesies burung endemik yang langka, yaitu jalak bali (leucopsar rothschildi) di Desa Bubunan, sekitar 50 km dari Singaraja.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Dr. Baron Viktor von Plesen, yang menyimpulkan bahwa penyebaran Jalak Bali hanya meliputi Desa Bubunan sampai ke Gilimanuk, yaitu seluas + 320 km2. Oleh karena populasi jalak bali ketika itu terbilang langka, maka pada tahun 1928 sejumlah 5 ekor jalak bali dibawa ke Inggris dan berhasil dikembangbiakkan pada tahun 1931. Kemudian pada tahun 1962, Kebun Binatang Sandiego di Amerika Serikat juga dikabarkan telah mengembangbiakkan burung ini.
Selain jalak bali, hewan langka lainnya yang hidup di taman nasional ini adalah harimau bali. Untuk melindungi hewan-hewan langka tersebut, maka Dewan Raja-raja di Bali mengeluarkan SK No. E/I/4/5/47 tanggal 13 Agustus 1947 yang menetapkan kawasan Hutan Banyuwedang dengan luas 19.365,6 ha sebagai Taman Pelindung Alam (Natuur Park) yang statusnya sama dengan suaka marga satwa.
Setelah Indonesia merdeka, melalui SK Menteri Pertanian No. 169/Kpts/Um/3/1978 tanggal 10 Maret 1978, kawasan yang terdiri dari Suaka Margasatwa Bali Barat, Pulau Menjangan, Pulau Burung, Pulau Kalong, serta Pulau Gadung ditetapkan sebagai Suaka Alam Bali Barat dengan luas keseluruhan 19.558,8 ha. Pada tahun 1984, Suaka Alam Bali Barat tersebut ditetapkan sebagai Taman Nasional Bali Barat dengan luas wilayah 19.558,8 ha. Namun, karena sebagian kawasan taman nasional ini (3.979,91 ha) merupakan kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) yang menjadi kewenangan Dinas Kehutanan, maka melalui SK Menteri Kehutanan No. 493/Kpts-II/1995 tanggal 15 September 1995, luas taman nasional hanya menjadi 19.002,89 ha, terdiri dari 15.587,89 ha wilayah daratan dan 3.415 ha wilayah perairan.
Taman Nasional Bali Barat memiliki jenis ekosistem yang unik, yaitu perpaduan antara ekosistem darat dan ekosistem laut. Di kawasan ini, wisatawan dapat menjelajahi ekosistem daratan (hutan), mulai dari hutan musim, hutan hujan dataran rendah, savana, hingga hutan pantai. Sementara pada ekosistem perairan (laut), wisatawan dapat menyaksikan hijaunya hutan mangrove, keelokan pantai, ekosistem coral, padang lamun, serta perairan laut dangkal dan dalam.
Memasuki kawasan hutan, maka wisatawan dapat menjumpai sekitar 175 jenis tumbuhan, 14 jenis di antaranya terbilang langka, antara lain bayur (pterospermum diversifolium), ketangi (lagerstroemia speciosa), burahol (steleochocarpus burahol), cendana (santalum album), sonokeling (dalbergia latifolia), dan lain-lain. Selain itu, wisatawan juga dapat melihat langsung aneka jenis satwa yang hidup bebas di taman nasional ini, seperti burung jalak bali (leucopsar rothschildi) yang merupakan hewan endemik dan langka, burung ibis putih kepala hitam (threskiornis melanocephalus), kijang (muntiacus muntjak), trenggiling (manis javanicus), landak (hystric brachyura), serta kancil (tragulus javanicus). Sementara jenis fauna yang terkenal di perairan taman nasional ini adalah ikan hiu (carcharodon carcharias), ikan bendera (plateak pinnatus), serta kima raksasa (tridacna gigas). Kekayaan bawah laut lainnya adalah berbagai jenis terumbu karang yang sangat bervariasi. Pendataan yang dilakukan tahun 1998 menunjukkan, terdapat 110 spesies karang dalam 18 familia, termasuk 22 jenis di antaranya spesies karang jamur (mushroom coral).
Selain menikmati ekosistem daratan dan perairan, wisatawan juga dapat menjelajahi pulau-pulau kecil yang menjadi bagian dari Taman Nasional Bali Barat, antara lain Pulau Menjangan, Pulau Gadung, Pulau Burung, serta Pulau Kalong. Pulau Menjangan merupakan salah satu pulau favorit yang kerap dikunjungi oleh wisatawan. Pulau dengan luas sekitar 6.000 ha ini merupakan habitat menjangan atau rusa (cervus timorensi). Tak hanya itu, wisatawan juga dapat menyelam di perairan di sekitar Pulau Menjangan untuk melihat gugusan karang yang indah dengan jenis ikan karang yang beragam.
Selain menikmati keindahan alam dan binatang liar, wisatawan juga dapat melakukan wisata ziarah ke makam Mbah Temon, yaitu petilasan yang ditemukan oleh sesepuh masyarakat sekitar bernama Mat Yamin pada tahun 1954. Dinamai Mbah Temon karena petilasan ini baru ditemukan (temu atau ketemu) setelah Mat Yamin melakukan olah semedi. Petilasan lainnya yang cukup melegenda adalah makam I Wayan Jayaprana. Jayaprana adalah seorang pemuda tampan yang dalam Babad Bali dikisahkan telah dibunuh oleh Patih Sawunggaling, utusan Raja Kalianget, karena sang raja menginginkan istri Jayaprana yang cantik jelita, Ni Nyoman Layonsari.  
Wilayah TNBB terbentang di dua kabupaten, yaitu Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, dan Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, Indonesia.
Taman Nasional Bali Barat mudah dicapai baik dari Kota Denpasar maupun dari Pelabuhan Gilimanuk. Hal ini karena lokasi taman nasional ini dilalui oleh jalan raya Gilimanuk—Negara maupun jalan raya Gilimanuk—Singaraja. Untuk menuju lokasi, wisatawan dapat menggunakan mobil pribadi atau menggunakan kendaraan umum (bus, taksi, atau carter mobil).
Untuk memudahkan perjalanan wisata, maka wisatawan dapat mencapai Taman Nasional Bali Barat dengan dua alternatif. Pertama, apabila memulai perjalanan dari Pelabuhan Gilimanuk, maka wisatawan dapat mengunjungi Kantor Balai Taman Nasional Bali Barat yang berlokasi di Desa Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana. Kantor ini berjarak sekitar 200 km dari Kota Denpasar. Alternatif kedua, apabila wisatawan berangkat dari arah Kota Denpasar atau khusus ingin mengunjungi Pulau Menjangan, maka ada baiknya untuk memulainya dari Teluk Labuhan Lalang. Dari Labuhan/Dermaga Lalang wisatawan dapat dengan mudah menuju Pulau Menjangan atau pulau-pulau kecil lainnya.
Taman Nasional Bali Barat memiliki berbagai macam akomodasi dan fasilitas, antara lain pemandu wisata (guide), pondok jaga, pondok wisata (untuk istirahat wisatawan), menara pandang, jalan setapak untuk memudahkan penjelajahan, penyewaan peralatan selam, speed boat, dan lain-lain. Wisatawan yang ingin menyelam dengan menyewa dive operator dikenakan biaya sekitar US$ 55 . Harga tersebut sudah termasuk makan siang, sewa perahu, peralatan menyelam, serta ongkos transportasi. (sebelum naik BBM)
Khusus untuk fasilitas penyeberangan ke Pulau Menjangan, wisatawan dapat menyewa perahu dengan mesin tempel. Biaya sewa sebesar Rp 250.000 per empat jam. Apabila ingin menambah waktu penjelajahan, misalnya dengan menjelajahi perairan di sekitar pulau, maka dikenakan biaya tambahan sebesar Rp 20.000 per jam (Juni 2008). Apabila wisatawan memerlukan penginapan, di sekitar Labuhan Lalang maupun di Pelabuhan Gilimanuk banyak terdapat penginapan baik hotel melati, resort, maupun hotel berbintang.

STATISTIKA SEBAGAI PEMECAH MASALAH



2.1 POLA BERFIKIR STATISTIKA
Filosofi pikir untuk keilmuan statistika yang benar tidak hanya mengolah data dan tidak sekedar menjalankan aplikasi analisis data. Dalam statistika alur dan metodologi berfikir keilmuannya sudah ada dalam kehidupan kita sehari-hari bahkan pola Dalam berfikir untuk memutuskan suatu tindakan yang kita ambil pun sudah menggunakannya. Setiap saat kita akan menginput data yang sangat berlimpah ke dalam otak kita kemudian otak mengolah dan menganalisisnya, hasil analisis inilah yang akan dijadikan sebagai dasar kita membuat keputusan.
1.       Statistika dikumpulkan dari :
a.       Survey/eksperimen
·         Pengamatan tak lengkap (acak)
·         Bukan kepastian
·         Desain harus benar
·         Masih bisa di uji
Dalam konteks ini bahwa semua subjek itu tidak dikumpulkan kalau kita melakukan suatu eksperimen tidak semua orang harus ikut dalam eksperimen tersebut, sehingga bukan kapastian dalam artian kalau si A yang melakukan survey maka bisa jadi yang ke ambil objek 1, 2, dan 3. Jika si B yang mengambil survey yang keambil objek 10, 11, dan 12. Akan tetapi itu bisa dibuktikan secara matematik bahwa itu bisa dilakukan untuk melakukan inferensia yang nantinya bisa didiskusikan lagi. Desainnya juga harus benar jika melakukan survey, misalkan kita mau mencari rata – rata tinggi mahasiswa universitas X, dalam mencari kebenarannya yaitu tinggi rata – rata seluruh mahasiswa di universita X. tidak mungkin mengukur setiap tinggi mahasiswa, maka dari itu kita lakukakn sampling. Kalau melakukan survey di universitas X hanya di fakultas teknik saja tentu desainnya tidak benar, karena rasio jenis kelamin fakultas teknik itu berbeda dengan rasio jenis kelamin fakultas lain. Secara rata – rata, jika kita melakukan sampling di fakultas teknik saja tentunya desainnya tidak benar sehingga survey masih bisa di uji.
b.      Sensus

·         Pengamatan lengkap
Setiap objek itu benar – benar dikumpulkan tidak ada yang menggunakan sampling. Jika ingin mengetahui penduduk di Indonesia dari sabang sampai merauke setiap orang harus di data dan diamati dimasukkan kedalam pengamatan atau melalui sensus. karena sensus biayanya besar maka diadakan disetiap Negara hanya sepuluh tahun sekali.
2.       Kepercayaan orang mengenai statistika
Dalam riset atau konteks yang sangat luas kepercayaan orang mengenai statistika, yaitu :
a)      There are lies damned lies and statistics ( Disraeli, mantan PM Inggris )
Artinya ada kebohongan diatas kebohongan itu jadi besar, diatas kebohongan yang besar ada statistic.
b)      You can prove anything with statistics
Supaya kepercayaan orang mengenai statistika bisa kita luruskan tidak lain, karena memahami seperti ilmi statistika itu apa dan perlunya komunikasi antara statistikawan dengan orang – orang lain diluar statistika. Perlunya komunikasi dan pengertian ini dapat membuat statistika sebagai ilmu yang mampu mendudukkan perkara pada tempatnya.
3.       Pembuktian statistika
Dalam melakukan penelitian statistika yang harus dibuktikan yaitu :
a.       Riset yang mengevaluasi hipotesis memerlukan analisa statistika yang sesui
b.      Informasi numeric seringkali merupakan contoh sample dari populasi
c.       Kesimpulan/inferensia (inferences) dari contoh didasarkan pada ketidakpastian (uncertainty)
d.      Statistika tidak bisa membuktikan (prove) tapi hanya memberikan petunjuk/tuntunan mengenai konklusi yang paling bisa diterima
4.       Peran statistika
a.       Meringkas informasi (deskriptif)
Bisa dikatakan mengambil inti dari semua data yang ada. Banyak sekali cara meringkas baik secara numeric maupun visual.
b.      Memodelkan situasi yang mengandung ketidakpastian (baca: mencari pola)
-           Memungkinkan kesimpulan diambil berdasarkan informasi tidak lengkap
-           Memodelkan hbungan antar peubah
-           Memodelkan keragaman dalam pengamatan
c.       Mengambil keputusan berdasarkan informasi
Guna dari statistika menuntun orang yang mengambil keputusan peluang yang meleset.
d.      Mendukung penyelidikn dalam konteks luas
Penyelidikan ilmiah, sosiologi, dan criminal.
           

5.       Komponen dari analisis statistika
a.       Formulasi Masalah
Langkah pertama dalam berfikir statistika yaitu :
1.      A weel – defined problem is half solved
Jika masalahnya ketahuan maka tinggal mencari solusi saja. Tapi kalau masalahnya tidak diketahui sampai kapanpun tidak akan terpecahkn masalah tersebut.
2.      Titik lemah dalam penyelesaian masalah atau riset
3.      Latar belakang
4.      Tujuan
5.      Permulasi hipotesis
6.      Factor contributor
7.      Apakah eksperimen (lanjutan) diperlukan
b.      Mengidentifikasi teknik dan model yang sesuai
c.       Menentukan apa, bagaimana, dan seberapa banyak data untuk dikumpulkan
d.      Menganalisis dan menafsirkan data
e.       Membuat keputusan
f.       Validasi model
g.       Presentasi informasi dan hasil (kesimpulan)
h.      Pengulangan langkah
2.2  INTERPRETASI/GALAT (error)
Apabila kita melakukan uji hipotesis, maka yang akan membuat galat (error) dengan peluang tertentu. Ada 2 jenis galat yaitu tipe 1 dan tipe 2 tidak bisa kita “ nolkan”. Mengurangi peluang membuat salah satu galat akan menaikkan yang lain.
Hipotesis nol: hipotesis dimana kalkulasi test statistic bisa dilakukan. Atau (dalam konteks umum) hipotesis yang ingin kita tolak.
·         Galat tipe 1: hipotesis nol kita tolak, ternyata benar.
·         Galat tipe 2: hipotesis nol tidak kita tolak, ternyata salah. Misalkan kita mau jalan-jalan keluar rumah.

Masalah                 :  bawa payung enggak ya? (hujan atau tidak).
Hipotesis nol          :  cuaca cerah.
Pengujian               : liat awan (dulu masih bisa).
      Setelah melihat awan, kita ambil keputusan:
Galat tipe 1                        : kita putuskan bahwa payung (cuaca akan hujan) ternyata tetap                                                   cerah.
Galat tipe 2                        : kita putuskan tidak bawa payung (cuaca tetap carah) ternyata                                                      hujan.
Diluar kedua galat ini, keputusan kita tepat, kalau kita melakukan pengujian hipotesis dengan taraf signifikasi 5% (0,05) itu artinya peluang kita membuat galat tipe 1 itu 5%. Interpretasi lain? Karena 5% itu 1/30, kita ekspek dari 20 kali melakukan uji hipotesis satu kali keputusan salah.  Haruskah 5% ? tidak, tergantung konteks eksperimen “ High – inroughput” dan “ Engineering”. Galat tipe 2 tidak bisa dikontrol secara langsung kecuali kalau kita punya target (hipotesis alternative).