Pages

Minggu, 07 Juli 2013

JENIS-JENIS KERUSAKAN TANAH



1.     
Komposisi tanah yang abik terdiri atas 50% bahan padat (45% bahan mineral dan 5% bahan organik), 25% air, serta 25% udara. Apabila komposisi tersebut tidak seimbang, tanah akan mengalami penurunan kualitas sampai pada kerusakan. Jenis-jenis kerusakan tanah sebagai berikut:
a.       Erosi Tanah
Erosi tanah adalah terangkutnya bagian-bagian tanah terutama lapisan atas dan diendapkan di tempat lain. Jenis-jenis erosi tersebut sebagai berikut:
§  Ablasi adalah erosi yang dilakukan oleh tenaga air. Ablasi umum terjadi di daerah yang memiliki curah hujan tinggi.
§  Deflasi atau Korasi adalah erosi yang dilakukan oleh tenaga angin. Erosi ini umumnya terjadi di daerah gurun atau daerah beriklim kering.
§  Eksarasi adalah erosi yang disebabkan oleh tenaga gletser. Gletser adalah kikisan massa salju yang bergerak menuruni lereng.
§  Abrasi adalah proses erosi yang disebabkan oleh tenaga gelombang laut. Abrasi dapat dicegah dengan penanaman tanaman bakau di pinggir pantai.
b.      Lahan Kritis
Lahan kriris merupakan kondisi tanah yang telah kehilangan kesuburannya sehingga terjadi penurunan fungsi sebagai sarana pendukung kehidupan.
·         Kerusakan hutan
Berbagai kegiatan manusia dalam rangka memanfaatkan hutan sering tidak diikuti upaya pelestarian. Hal tersebut mengakibatkan menurunnya kualitas fungsi hutan sampai kerusakan hutan. Kegiatan yang menyebabkan kerusakan hutan antara lain penebangan liar (illegal logging), kebakaran hutan, dan pertanian ladang berpindah.
·         Kegiatan pertambangan
Pengambilan bahan tambang tanpa disertai pengelolaan lingkungan akan merusak alam. Kegiatan penambangan memunculkan dampak berupa lahan kritis. Lahan kritis tersebut diakibatkan oleh hilangnya vegetasi penutup lahan, perubahan topografi, dan perubahan struktur tanah.
c.       Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah gangguan keseimbangan tanah akibat masuknya polutan hasil kegiatan manusia. Polutan adalah bahan atau benda yang menyebabkan pencemaran, baik secara langsung maupun tidak langsung. Polutan tidak dapat diurai oleh bakteri pengurai sehingga tidak dapat menyatu dengan tanah. Jenis-jenis polutan sebagai berikut:
·         Limbah Domestik
Limbah domestik adalah benda atau bahan tidak dipakai yang dihasilkan oleh kegiatan rumah tangga.
·         Limbah Industri
Limbah industri adalah sisa hasil kegiatan produksi suatu industri. Limbah industri dapat dibedakan menjadi limbah padat dan cair. Limbah industri umumnya lebih berbahaya dibandingkan limbah domestik.
·         Limbah Pertanian
Limbah pertanian berasal dari pupuk berbahan kimia yang digunakan dalam kegiatan pertanian. Pemupukan yang berlebihan dalam jangka waktu terus-menerus akan menyebabkan kerusakan tanah. Kerusakan tanah dapat berupa meingkatnya.

UPAYA PENCEGAHAN DAN PERBAIKAN KERUSAKAN TANAH
1.UPAYA PENCEGAHAN KERUSAKAN TANAH
Sebelum terjadi kerusakan tanah ada baiknya dilaksanakan beberapa metode untuk mencegah kerusakan tanah. Pada dasarnya tanah memiliki kemampuan untuk memperbaiki dirinya dari suatu kerusakan. Meskipun demikian, pada tahap lebih lanjut tanah memerlukan upaya yang dapat membantu memperbaikinya:
1.      Menjaga Tingkat Kesuburan Tanah
Kerusakan tanah ditandai dengan berkurangnya tingkat kesuburan tanah. Upaya menjaga tingkat kesuburan tanah dapat dilakukan dengan metode mekanik,vegetatif, dan kimia.
1)      Penterasan Lahan Miring (terracering)
Hal ini dlakukan bertujuan untuk mengurangi panjang lereng dan memperkecil kemiringan lereng. Pembuatan terasering bertujuan untuk mengurangi tingkat erosi karena dapat memperlambat aliran air permukaan.
2)      Pengelolaan Sejajar Garis Kontur (Contour Tillage)
Cara ini dilakukan dengan membuat rongga-rongga tanah sejajar kontur dan membentuk igir-igir. Hal itu dapat memperlambat aliran permukaan dan memperbesar kemungkinan air meresap ke dalam tanah. Umumnya vegetasi ditanam dengan sistem tumpang sari.
3)      Pembuatan Pematang/Guludan
Pematang/guludan dibuat dengan cara seperti membuat tanggul-tanggul kecil dan saluran air sejajar garis kontur. Pematang tersebut berfungsi menahan laju air sehingga memperbesar kemungkinan air meresap ke dalam tanah.
4)      Pembuatan Cekdam
Pembuatan cekdam atau bendungan kecil bertujuan membendung aliran air permukaan. Material yang tererosi akan bertahan di parit-parit cekdam sehingga lapisan tanah menebal dan kesuburan tanah tidak akan hilang terbawa air.
2.      Metode Vegetatif
Metode vegetatif adalah upaya yang dilakukan untuk menjaga kesuburan tanah dengan cara memanfaatkan vegetasi. Metode vegetatif sangat baik untuk upaya pelestarian kesuburan tanah. Metode vegetatif umumnya menggunakan cara-cara sebagai berikut:
a)      Penghijauan
Kegiatan penghijaun dilakukan dengan cara menanami hutan kembali lahan-lahan yang kehilangan vegetasi penutupnya. Penanaman dilakukan dengan cara menanami bibit pepohonan besar yang dapat tumbuh dengan mudah.
b)      Rotasi Tanaman (Crop Rotation)
Kegiatan rotasi tanaman bertujuan untuk mempertahankan kesuburan tanah. Metode ini dilakukan dengan cara memvariasikan jenis tanaman pada saat pergantian masa tanam. Hal ini efektif untuk mencegah berkurangnya jenis unsur hara tertentu.
c)      Reboisasi
Reboisasi dilakukan dengan menanami lahan gundul dengan tanaman keras. Kegiatan ini selain efektif mencegah erosi, hasil kayunya juga dapat dimanfaatkan.
d)     Penanaman Tanaman Penutup (Buffering)
Penanaman tanaman penutup adalah menanami lahan dengan tanaman keras seperti pinus dan jati. Hal ini bertujuan untuk menghambat penghancuran tanah lapisan atas oleh air hujan, memperkaya bahan organik, dan menghambat laju erosi.
e)      Penanaman Tanaman Berbasis (Strip Cropping)
Kegiatan penanaman berbasis adalah menanam secara tegak lurus arah aliran atau arah angin. Pada daerah landai jarak tanam diperlebar sedangkan pada daerah miring tanaman dirapatkan.
f)       Penanaman Sejajar Garis Kontur (Contour Strip Cropping)
Penanaman sejajar garis kontur adalah mananami lahan searah dengan garis kontur. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperbesar kemungkinan air meresap ke dalam tanah dan menghambat laju erosi.
3.      Metode Kimia
Pengawetan tanah dengan metode kimia adalah penggunaan bahan kimia untuk memperbaiki struktur tanah. Beberapa jenis bahan kimia yang sering digunakan antara lain bitumen, krilium, dan soil conditioner. Ketiga bahan kimia tersebut efektif untuk memperbaiki struktur dan memperkuat agregat tanah. Bahan-bahan kimia tersebut memiliki pengaruh berjangka panjang kerena senyawa tersebut tahan terhadap organisme tanah. Selain memperkuat struktur tanah, soil conditioner dapat digunakan untuk meningkatkan permeabilitas dan mengurangi erosi.
2.UPAYA MEMPERBAIKI KERUSAKAN TANAH
            Kerusakan tanah dapat diketahui dari ketidakmampuan tanah untuk digunakan dalam keperluan manusia. Oleh karena itu, untuk mengembalikan kemampuan tanah diperlukan beberapa tindakan yang mampu memperbaiki kerusakannya.
    A.    Rehabilitas Kerusakan Sifat Fisik tanah
Kerusakan sifat fisik tanah umumnya diakibatkan oleh memburuknya struktur tanah. Kerusakan struktur dimulai dengan penurunan kestabilan agregat tanah. Hal itu diakibatkan oleh kikisan air hujan dan aliran permukaan. Berkurangnya kualitas kestabilan agregat tanah diiringi penurunan kandungan bahan organik, aktivitas perakaran vegetasi, dan jumlah mikroorganisme tanah. Tindakan untuk memperbaiki kerusakan sifat fisik tanah sebagai berikut :
a. pengolahan tanah secara berkala untuk menghindari pergerakan tanah.
b. peningkatan kandungan bahan organik tanah melalui variasi seresah (dedaunan      kering) dari vegetasi penutup lahannaya
c. peningkatan keanekaragaman tanaman untuk memperbaiki sistem persebaran perakaran.
   B.     Rehabilitas Kerusakan Kimia dan Biologi Tanah
Kerusakan tanah pada sifat kimia dan biologi ditandai dengan penurunan kandungan bahan organik dan kenaikan kadar asam tanah. Tindakan perbaikan dilakukan dengan cara antara lain pemberian jerami dan zat kapur. Pemberian jerami dapat meningkatkan aktivitas mikroba yang membusukkan bahan-bahan tanah dan menghasilkan bahan organik. Pemberian zat kapur dapat membantu menetralisasi kadar keasaman pada tanah.

   C.     Remediasi Pencemaran tanah
Remediasi adalah upaya atau tindakan yang dilakukan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Remediasi dibagi menjadi tiga, yaitu remediasi in-situ (on-site), ex-situ (off-site), dan bioremediasi:
§  Remediasi in-situ adalah pembersihan lahan yang tercemar tanpa berpindah tempat atau tetap di lokasi pencemaran.
§  Remediasi ex-situ adalah pembersihan lahan yang tercemar dengan cara menggali tanah yang tercemar dan dipindahkan ke lokasi lain. Setelah dipindahkan di tempat aman, baru dilakukan proses pembersihan tanah yang tercemar tersebut.
§  Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur dan bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mengurangi pengaruh zat pencemar.

 PENGERTIAN DAN MANFAAT HUTAN TROPIS
     A.    Pengertian Hutan Tropis
Hutan tropis merupakan ungkapan luar biasa dari alam. Hutan tropis mungkin berisi setengah spesies di Bumi, tapi banyak dari mereka spesies akan hilang karena deforestasi terus menerus. Lebih dari setengah hutan asli telah hilang, dan melestarikan hutan tropis sehingga merupakan keprihatinan mendesak untuk ekologi.Hutan tropis termasuk jenis hutan.
Hutan hujan tropis yang benar hangat dan basah, terjadi terutama di dekat khatulistiwa, dimana suhu bulanan pernah dips di bawah 18 derajat Celcius (64 derajat Fahrenheit), curah hujan melebihi 1.700 milimeter (66 inci) per tahun, dan bulan tidak akan kurang dari 100 milimeter (hampir 4 inci). Jauh dari khatulistiwa satu biasanya menemukan hutan kering tropis, dan di pegunungan kita menemukan dingin dan basah, hutan tropis pegunungan.Pada situs dengan kondisi ekstrim seperti banjir atau tanah yang sangat miskin, hutan tropis khusus, seperti mangrove. Pengertian dari Hutan tropis adalah hutan alam yang terletak di antara garis 23°27" Lintang Utara dan 23°27" Lintang Selatan, berada pada daerah iklim tropis. Hutan Tropis terdapat di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara, Australia bagian Utara, sebagian besar wilayah Afrika, Kepulauan Pasifik, Amerika Tengah dan sebagian besar wilayah Amerika Selatan. Luas dari daerah tropis mencakup 30 persen dari keseluruhan wilayah di permukaan bumi.
Di daerah hutan tropis hanya terdapat dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau, dengan curah hujan yang tinggi.Berbeda dengan daerah sub tropis atau temperate yang mempunyai empat musim yaitu musim panas (summer), musim gugur (autum), musim dingin (winter) dan musim semi (spring).
Keragaman jenis satwa maupun flora di daerah hutan tropis sangat tinggi dibandingkan pada lokasi yang lain. Kondisi habitat pada daerah hutan tropis sangat heterogen, menyebabkan muculnya keanekaragaman jenis yang tinggi.Keranekaragaman jenis yang terbesar terdapat pada hutan tropis di Asia Tenggara, kemudian hutan tropis Amazon setelah itu hutan tropis Afrika.
Perkiraan jumlah spesies pohon di hutan tropis Asia Tenggara sebanyak 12.000 - 15.000 spesies, untuk hutan tropis Amazon Amerika Latin sebesar 5000 - 7000 spesies, sedang pada hutan tropis Afrika sebesar 2000 - 5000 spesies.Struktur hutan tropis secara vertikal terdapat beberapa stratifikasi. Struktur vertikal hutan tropis berlapis-lapis disebut stratum yang terdiri dari :

·         Stratum bawah
·         Stratum tengah
·         Stratum atas
·         Pohon tertinggi

B. Dampak Deforestasi
Manusiatelah dihuni dan digunakan hutan tropis selama ribuan tahun, namun deforestasi luas hanya dimulai pada akhir abad kedua puluh.Hilangnyahutan bervariasi antara negara dan, tergantung pada lokasi, hasil dari pertanian skala kecil, peternakan, penebangan diikuti oleh pertanian, mengumpulkan kayu bakar, dan penyebab lainnya.Dibanyak tempat lahan yang dibuka digunakan sebentar sebelum nutrisi tanah habis, dan reboisasi alami terhalang oleh kondisi yang tidak cocok diciptakan untuk pohon, khususnya dengan membakar berulang, yang juga makan ke tegakan hutan yang tersisa.Ketikahutan ditebangi, berbagai mengagumkan tanaman dan hewan itu berisi hilang. 
C.Manfaat Hutan Ttropis:
Manfaat hutan tropis sebagai berikut:
1.Manfaat/fungsi Ekonomi
    Hasil hutan dapat dijual langsung atau diolah menjadi berbagai barang yang bernilai tinggi.
    Membuka lapangan pekerjaan bagi pembalak hutan legal.
    Menyumbang devisa negara dari hasil penjualan produk hasil hutan ke luar negeri.
2. Manfaat/Fungsi Klimatologis
    Hutan dapat mengatur iklim
    Hutan berfungsi sebagai paru-paru dunia yang menghasilkan oksigen bagi kehidupan.
3. Manfaat/Fungsi Hidrolis
    Dapat menampung air hujan di dalam tanah
    Mencegah intrusi air laut yang asin
    Menjadi pengatur tata air tanah
4. Manfaat/Fungsi Ekologis
    Mencegah erosi dan banjir
    Menjaga dan mempertahankan kesuburan tanah
    Sebagai wilayah untuk melestarikan kenaekaragaman hayat
Berbagai kendala yang dihadapi dalam pengembangan bidang kehutanan sebagai berikut :
1)      Berkurangnya areal hutan karena pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi. Hutan ditebang dan dijadikan kawasan permukiman penduduk, pertanian, dan perkebunan.
2)      Masih terdapat sistem pertanian ladang berpindah, terutama diluar Jawa.
3)      Terjadinya kebakaran hutan yang disebabkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
4)      Terjadinya penebangan liar dan pencurian kayu di hutan yang dapat merusak hutan dan keanekaragaman hayati.
5)      Usaha reboisasi dan penghijauan yang gagal.
Untuk mengatasi faktor-faktor penghambat dalam usaha pengembangan kehutanan di Indonesia bisa dengan cara memberikan penyuluhan terhadap perusahaan pemegang konsesi HPH diwajibkan memenuhi ketentuan sistem Tebang Pilih Tanaman Indonesia (TPTI). Memperketat penjagaan hutan dengan mempersiapkan polisi hutan, melindungi hutan dari pencurian kayu, dan penebangan liar.

PENGERTIAN EKOSISTEM PERTANIAN
1. PENGERTIAN EKOSISTEM PERTANIAN
Ekosistem pertanian (agroekosistem) memiliki keanekaragaman biotik dan genetik yang rendah dan cenderung semakin seragam, sehingga tidak stabil dan ini memacu terjadinya peningkatan populasi hama.  Agroekosistem merupakan salah satu bentuk ekosistem binaan manusia yang dikelola semaksimal mungkin untuk memperoleh produksi pertanian dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai kebutuhan manusia (Pedigo, 1996 : 335).

2. SISTEM PEMANTAUAN AGROEKOSISTEM
Sistem Pemantauan adalah salah satu bagian dari kegiatan monitoring dimana sangat erat kaitannya dengan Ambang Ekonomi.  Hal ini karena nilai Ambang Ekonomi yang sudah ditetapkan tidak ada gunanya apabila tidak diikuti dengan kegiatan pemantauan yang teratur dan dapat dipercaya.  Sebaliknya pemantauan untuk tujuan pengendalian tidak akan dirasakan manfaatnya apabila tidak dikaitkan dengan Aras Penentuan Keputusan Pengendalian berdasarkan penilaian Ambang Ekonomi.Konsep PHT muncul sebagai akibat kesadaran umat manusia akan bahaya pestisida sebagai bahan yang beracun bagi kelangsungan hidup ekosistem dan kehidupan manusia secara global. Melihat hal ini, muncul pemikiran para ahli untuk mencari metode baru dalam mengendalikan OPT yang dipandang aman.  Mula-mula dikembangkan metode dengan memadukan dua teknik pengendalian OPT, kemudian metode ini dikembangkan lagi dengan memadukan semua atau beberapa metode pengendalian yang dianggap cocok dan kompatibel untuk daerah itu, yaitu memadukan cara fisik, mekanik, kultur teknis (bercocok tanam), biologi, kimiawi dan cara pengendalian lainnya (Untung, 2003 : 8; Wigenasantana, 2001 : 202).
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dapat dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan situasi, kondisi dan keadaan faktor-faktor biotic dan abiotik setempat. Pengendalian tersebut adalah:
1     Pengendalian Secara Bercocok Tanam (Cultural Control)
Pengendalian OPT secara bercocok tanam bertujuan untuk mengelola lingkungan tanaman sedemikian rupa sehingga menjadi tidak cocok untuk berkembangnya OPT dan mendorong berfungsinya musuh alami (Natural enemies) secara efektif.
Pengendalian secara bercocok tanam merupakan usaha pengendalian yang bersifat preventif yang dilakukan sebelumserangan OPT terjadi, populasihamadiharapkan tidak melawati Aras Ambang Ekonomi (Untung, 2003 : 114 ; Wigenasantana, 2001 : 182).
Teknik pengendalian bercocok tanam didasarkan pada pengetahuan agroekosistem setempat yaitu ekologi dan perilaku OPT meliputi waktu perkawinan, habitat/inang, waktu menyerang dan lain-lain.
Pedigo (1996 : 334) menyatakan bahwa teknik pengendalian secara bercook tanam dpat dikelompokkan dalam 4 (empat) kelompok, yakni:
  1. Mengurangi kesuaian ekosistem, yaitu dengan menciptakan agroekosistem yang tidak sesuai dengan perkembangan hidup OPT, maka perkembangannya akan terhambat.  Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan sanitasi, penghancuran inang, pengolahan tanah dan pengelolaan air.
  2. Mengganggu kontinuitas penyediaan keperluan hidup OPT, yaitu memutuskan kontinuitas tersedianya makanan/inang dengan cara pergiliran tanaman, pemberoan lahan, penanaman serentak, penetapan jarak tanam, pengaturan lokasi penanaman dan memutuskan sinkronisasi antara tanaman dan hamadengan mengatur waktu tanam agar tidak sesuai dengan fase perkembangan hama.
  3. Mengalihkan populasi OPT agar menjauhi pertanaman, yaitu suatu cara pengendalian OPT dengan mengalihkan OPT ke tanaman lain, cara ini tidak begitu efektif bagi serangga yang penyebarannya cepat tetapi masih dapat dilakukan beberapa cara untuk mengalihkan OPT, seperti dengan mananam tanaman perangkap dan melakukan pemanenan secara bertahap untuk menghindari pindahnya OPT secara serempak ke lahan tetangga, cara ini dapat dilakukan pada tanman tertentu.
  4. Mengurangi dampak kerusakan OPT, yaitu menanam tanaman yang bersifat toleran terhadap kerusakan OPT, melakukan pemupukan yang seimbang sesuai kebutuhan tanaman sehingga tanaman masih dapat pulih kembali setelah terserang oleh OPT, mengubah jadwal panen untuk tanaman tertentu dapat dilakukan pemanenan lebih awal.

2.      Pengendalian Hayati (Biologycal Control)
Pengendalian hayati pada dasarnya adalah pemanfaatan dan penggunaan musuh alami untuk mengendalikan OPT.  Musuh alami ini meliputi predator, parasitoid dan patogen sebagai pengatur dan pengendali populasi OPT yang efektif karena sifat pengaturannya yang tergantung kepadatan.  Artinya peningkatan populasi OPT akan diikuti oleh peningkatan predator hal ini terlihat dari meningkatnya daya makan per predator.  Peningkatan populasi OPT akan diimbangi oleh tekanan yang lebih keras dari populasi musuh alami (Untung,  2003 : 169).
Martono (2005 : 1) dan Untung (2003 : 183) menyatakan dalam praktek pengendalian yang dilakukan sampai saat ini dapat dikelompokkan 3 kategori  :
  1. Introduksi, yaitu memasukkan atau importasi musuh alami ke suatu lahan atau areal tanaman yang terserang OPT tertentu.  Misalnya untuk mengendalikan OPT pada tanaman padi (di provinsi Gorontalo) yaitu penggerek batang padi telah menggunakan parsitoid telur Trichogramma sp. yang diintroduksi dari pulau Jawa.  Berdasarkan laporan petugas pengamathama ternyata parasitoid ini cocok dan berhasil menekan perkembangan penggerek batang padi sehingga populasi penggerek batang padi di areal padi yang telah dilakukan pelepasan dan introduksi parasitoid menurun.  Hal ini cukup membantu petani dan dari segi keamanan hayati dapat dipertanggungjawabkan.  Pengendalian dengan introduksi musuh alami adalah pengendalian hayati klasik
  2. Augmentasi, yaitu suatu teknik pengendalian dengan meningkatkan jumlah musuh alami atau pengaruhnya.  Hal ini dapat tercapai  melalui 2 (dua) cara yaitu, a) melepaskan sejumlah musuh alami untuk menambah jumlahnya di lapangan (agroekosistem) sehingga dengan tambahan itu dalam waktu singkat musuh alami akan mampu menurunkan populasi OPT;  b) memodifikasi agroekosistem sedemikian rupa sehingga jumlah dan efektivitas musuh alami dapat ditingkatkan.
Pelepasan musuh alami secara teknik augmentasi hampir sama dengan cara introduksi, bedanya adalah teknik augmentasi yang kita harapkan adalah populasi hamadalam satu musim tanam dengan cepat dapat ditekan sehingga tidak merugikan, sedangkan teknik introduksi bertujuan dalam jangka panjang dapat menurunkan aras keseimbangan populasi OPT sehingga tetap berada di bawah aras ambang ekonomi.Teknik augmentasi menggunakan musuh alami yang sudah berfungsi di ekosistem, sedangkan introduksi menggunakan musuh alami dari luar ekosistem.
3.      Pengendalian Fisik dan Mekanik (Fysical and Mechanical Control)
Pengendalian secara fisik adalah tindakan pengendalianhama dengan menggunakan faktor fisik seperti menaikkan suhu dengan cara pembakaran, menurunkan suhu dengan penggenangan, solarisasi tanah, lampu perangkap, pengaturan cahaya dan suara.  Beberapa perlakuan fisik adalah sebagai berikut :
  1. Pemanasan dan Pembakaran, yaitu teknik pengendalian dengan perlakuan panas.  Perlu diketahui dalam aplikasi teknik ini adalah pengetahuan tentang batas toleransi OPT sasaran terhadap fakor fisik yang digunakan.  Teknik ini mempunyai kelemahan apabila dilakukan di lapangan, yaitu apabila petani melakukan pembakaran maka yang terbakar bukan saja OPT tetapi musuh alami dan organisme lain ikut terbunuh (Wigenasantana, 2001 : 189).
  2. Pemasangan Lampu Perangkap, yaitu ditujukan untuk memantau populasi OPT yang tertarik dengan cahaya terutama serangga dewasa (imago) yang aktif terbang malam hari,  teknik ini dapat menekan populasi OPT dewasa.  lampu yang digunakan bisa menggunakan Petromak (Wigenasantana, 2001 : 190).
  3. Memasang Barier, yaitu memasng penghalang, menanam tanaman pagar yang bersifat menghalangi dan membatasi pergerakan OPT agar tidak dapat memasuki dan mendatangi tanaman utama sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang berarti pada tanaman.  Barier ini seperti pematang yang ditinggikan, lubang jebakan dan selokan (Wigenasantana, 2001 : 190).
  4. Solarisasi Tanah, adalah suatu cara mensterilkan tanah dari OPT (mikroorganisme tanah penyebab penyakit layu pada tanaman) dengan menggunakan plastik transparan sebagai mulsa penutup tanah pada saat sebelum tanam.  Berdasarkan hasil penelitian Lihawa Mohamad (1994) tentang “Pengaruh Periode Solarisasi Tanah Terhadap Serangan Jamur Fusarium Oxysporum Schlecht Penyebab Penyakit Layu Pada Tanaman Tomat”, ternyata perlakuan solarisasi tanah selama 6 (enam) minggu efektif untuk menekan serangan jamur F. oxysporum Schlecht pada tanaman tomat di lapangan.
Wigenasantana (2001 : 190) menyatakan bahwa pengendalian secara mekanik adalah tindakan mematikanhama secara langsung dengan menggunakan tangan atau alat.  Teknik mekanik ini seperti :
  1. Pengambilan dengan Tangan, cara ini murah dan sederhana tetapi memerlukan tenaga kerja yang banyak.  OPT yang ditemukan seperti telur, larva, pupa, jika memungkinkan imago dikumpulkan dengan tangan lalu langsung dibunuh,  misalnya kelompok telur penggerek batang.
  2. Gropyokan, yaitu untuk mengendalikanhamatikus dengan membunuh tikus yang ada di dalam maupun di luar sarang dengan menggunakan alat bantu seperti pentungan/alat pemukul lainnya dan cangkul.
  3. Memasang Perangkap, yaitu untuk menangkap OPT dengan memasang alat perangkap di tempat yang sering dilalui oleh OPT, alat perangkap ini sering diberi zat kimia baik sebagai perekat maupun penarik OPT.
  4. Pemasangan Umpan, misalnya untuk mengendalikan hamawalang sangit (Leptocorixa acuta) dengan menggunakan umpan daging busuk atau ikan asin yang ditancapkan di tengah-tengah sawah.  Jikahama walng sangit ini sudah terkumpul pada umpan  maka dapat langsung dibunuh dengan cara di bakar.  Pada waktu membakar hindari tanaman ikut terbakar.
Pengusiran, yaitu memasang orang-orangan/patung di tengah lahan sawah, atau memasang alat (kaleng-kaleng kosong) yang dapat mengeluarkan bunyi-bunyian, sehingga OPT lari menjauhi pertanaman.
 DAMPAK EKSPLOITASI HUTAN TERHADAP KEHIDUPAN
1.Dampak eksploitas hutan
Hutan semakin memprihatinkan keadaannya.Eksploitasi terhadap hutan terjadi dimana-mana. Beberapa prilaku yang dapat digolongkan sebagai tindakan eksploitasi antara lain:
1)      Penebangan Hutan, Penebangan pohon terjadibaik secara legal maupun illegalpada suatu kawasan hutan mengakibatkan  terjadinya kerusakan hutan jika tidak disediakan pohon pengganti atau regenerasi pohon.Pembalakan liar atau penebangan liar (bahasa Inggris: illegal logging) adalah kegiatan penebangan, pengangkutan dan penjualan kayu yang tidak sah atau tidak memiliki izin dari otoritas setempat.                                                                                                         
2)      Program Pembangunan, Program pembangunan yang merubah hutan menjadi sawah, pusat perbelanjaan, pemukiman, perkebunan, dan lain-lain sehingga hutan menjadi berubah fungsi dan akan berakibat buruk bagi lingkungan.
3)      Pembakaran hutan, Kebakaran sering terjadi akibat keteledoran manusia yang tidak memperhatika/tidak memperdulikan seperti membuang puntung rokok ke hutan dan lain-lain. Tetapi yang lebih sering adalah kesengajaan membakar hutan untuk kepentingan alih fungsi hutan.
2.Dampak terhadap kehidupan
Rusaknya hutan dapat mengancam habitat flora dan fauna yang ada serta dapat mengancam pula terhadap keberlangsungan hidup manusia yang menggantungkan hidupnya pada kekayaan yang terkandung dalam hutan.Pemanasan global yang saat ini melanda hampir seluruh belahan dunia, salah satunya karena rusaknya hutan dunia akibat ekploitasi hutan yang tidak terkendali.
Pemanasan global bisa berdampak semakin panasnya udara yang ada di bumi, semakin panasnya kandungan magma bumi sehingga berpotensi gunung meletus (erupsi gunung berapi), serta menipisnya lapisan ozon sehingga mengancam keberlangsungan makhluk di bumi.Saat musim hujan, air hujan yang turun dengan lebat bisa mengancam kehidupan.Karena hilangnya resapan air oleh hutan yang rusak, air hujan tersebut meluap tidak terkendali sehingga terjadilah banjir bandang.Tidak hanya banjir bandang, tanah longsor juga dapat terjadi saat musim hujan karena akar-akar pohon yang biasa mengikat tanah tidak lagi dapat mengikat dengan kuat.Tanah tidak mampu menampung banyaknya volume air yang ada sehingga terjadilah tanah longsor yang dapat mengancam kehidupan makhluk di dunia.
Fungsi alami hutan sebagai ekosistem ialah penyedia air, sebagai penampung karbon dioksida, penghasil oksigen, tempat hidup atau habitat hewan (fauna) dan tumbuhan (flora), peran penyeimbang lingkungan, pelestari tanah, mencegah pemanasan global, dan merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling penting.Akan tetapi hutan saat ini tidak mampu melaksanakan fungsinya sebagai ekosistem secara maksimal dikarenakan jumlah pohon yang semakin sedikit serta luas hutan yang semakin menyempit.Sehingga hampir di setiap belahan dunia sering terjadi bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, dan kadar Oksigen diatmosfir yang semakin menipis, hingga dapat mengancam keberlangsungan makhluk hidup di dunia.
 EFESIENSI PENGGUNAAN PESTISIDA
1. PENGERTIAN PESTISIDA
Pestisida adalah salah satu hasil teknologi modern yang mempunyai peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Penggunaannya dengan cara yang tepat dan aman merupakan hal mutlak yang harus dilakukan mengingat pestisida adalah bahan yang beracun. Penggunaan pestisida yang salah atau pengelolaannya yang tidak bijaksana akan dapat menimbulkan dampak negatif baik langsung maupun tidak langsung bagi kesehatan manusia dan lingkungan (Ika, 2007)
Pestisida,”Pest Killing Agent” merupakan obat-obatan atau senyawa kimia yang umumnya bersifat racun, digunakan untuk membasmi jasad pengganggu tanaman baik hama, penyakit maupun gulma. Pemberian tambahan pestisida pada suatu lahan merupakan aplikasi dari suatu teknologi yang diharapkan dapat membantu meningkatkan produktivitas, membuat pertanian lebih efisien, dan ekonomis. Namun pestisida dengan intensitas pemakaian yang tinggi dan dilakukan secara terus-menerus pada setiap musim tanam akan menyebabkan beberapa kerugian, antara lain residu pestisida akan terakumulasi pada produk-produk pertanian dan perairan, pencemaran pada lingkungan pertanian, penurunan produktivitas, keracunan pada hewan, keracunan pada manusia yang berdampak buruk terhadap kesehatan manusia. Manusia akan mengalami keracunan, baik akut maupun kronis yang berdampak pada kematian (Prameswari, 2007).
Definisi dari pestisida pes memiliki arti hama, sedangkan cide berarti membunuh, sering disebut ”Pest Killing Agent” yaitu semua bahan yang digunakan untuk membunuh, mencegah, mengusir hama dan merupakan bahan yang digunakan untuk merangsang dan mengendalikan hama.
Pestisida dalam praktek penggunaannya digunakan bersama-sama dengan bahan lain misalnya dicampur minyak untuk melarutkannya, dicampurkan pada air pengencer, penyebaran dan penyemprotan.  Berdasarkan ketahanannya di lingkungan, pestisida dapat dikelompokkan atas dua golongan. Pestisida yang resisten yaitu pestisida yang dapat meninggalkan pengaruh terhadap lingkungan dan pestisida yang kurang resisten

2.DAMPAK PENGGUNAAN PESTISIDAPADA LINGKUNGAN
Dalam penerapan di bidang pertanian, ternyata tidak semua pestisida mengenai sasaran.Kurang lebih hanya 20 persen pestisida mengenai sasaran sedangkan 80 persen lainnya jatuh ke tanah.Akumulasi residu pestisida tersebut mengakibatkan pencemaran lahan pertanian.Apabila masuk ke dalam rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS (Chemically Acquired Deficiency Syndrom) dan sebagainya (Sa’id, 1994).
Pada masa sekarang ini dan masa mendatang, orang lebih menyukai produk pertanian yang alami dan bebas dari pengaruh pestisida walaupun produk pertanian tersebut di dapat dengan harga yang lebih mahal dari produk pertanian yang menggunakan pestisida (Ton, 1991).Pestisida yang paling banyak menyebabkan kerusakan lingkungan dan mengancam kesehatan manusia adalah pestisida sintetik, yaitu golongan organoklorin. Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh senyawa organoklorin lebih tinggi dibandingkan senyawa lain, karena senyawa ini peka terhadap sinar matahari dan tidak mudah terurai (Sa’id, 1994).
Penyemprotan dan pengaplikasian dari bahan-bahan kimia pertanian selalu berdampingan dengan masalah pencemaran lingkungan sejak bahan-bahan kimia tersebut dipergunakan di lingkungan.Sebagian besar bahan-bahan kimia pertanian yang disemprotkan jatuh ke tanah dan didekomposisi oleh mikroorganisme. Sebagian menguap dan menyebar di atmosfer dimana akan diuraikan oleh sinar ultraviolet atau diserap hujan dan jatuh ke tanah (Uehara, 1993).
Pestisida bergerak dari lahan pertnaian menuju aliran sungai dan danau yang dibawa oleh hujan atau penguapan, tertinggal atau larut pada aliran permukaan, terdapat pada lapisan tanah dan larut bersama dengan aliran air tanah. Penumpahan yang tidak disengaja atau membuang bahan-bahan kimia yang berlebihan pada permukaan air akan meningkatkan konsentrasi pestisida di air. Kualitas air dipengaruhi oleh pestisida berhubungan dengan keberadaan dan tingkat keracunannya, dimana kemampuannya untuk diangkut adalah fungsi dari kelarutannya dan kemampuan diserap oleh partikel-partikel tanah.
Berikut ini akan diuraikan bebrapa dampak penggunaan pestisida yang berhubungan dengan lingkungan dan ekosistem.
1)        Punahnya Spesies
Polutan berbahaya bagi biota air dan darat. Berbagai jenis hewan mengalami keracunan dan kemudian mati. Berbagai spesies hewan memiliki kekebalan yang tidak sama. Ada yang peka, ada pula yang tahan. Hewan muda dan larva merupakan hewan yang peka terhadap bahan pencemar. Ada hewan yang dapat beradaptasi sehingga kebal terhadap bahan pencemar dan ada pula yang tidak. Meskipun hewan mampu beradaptasi, harus diketahui bahwa tingkat adaptasi hewan ada batasnya. Bila batas tersebut terlampaui, hewan tersebut akan mati.
2)         Peledakan Hama
Penggunaan pestisida dapat pula mematikan predator. Jika predator punah, maka serangga dan hama akan berkembang tanpa kendali.
3)         Gangguan Keseimbangan lingkungan
Punahnya spasies tertentu dapat mengubah pola interaksi di dalam suatu ekosistem. Rantai makanan, jaring-jaring makanan dan aliran energi menjadi berubah. Akibatnya keseimbangan lingkungan, daur materi, dan daur biogeokimia menjadi terganggu.
4)         Kesuburan Tanah Berkurang
Penggunaan insektisida dapat mematikan fauna tanah dan dapat juga menurunkan kesuburan tanah. Penggunaan pupuk terus menerus dapat menyebabkan tanah menjadi asam. Sehingga dapat menurunkan kesuburan tanah.

DAMPAK PENGGUNAAN PESTISIDA TERHADAP KESEHATAN MANUSIA
Pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman, dalam Konsep Pengendalian Hama Terpadu pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil panen dapat dikurangi.Tetapi, benefit bagi produksi pertanian tanaman tersebut bukan tidak menimbulkan dampak. Para ahli menyatakan bahwa salah satu penyebab terbesar penyakit dan penuaan dini pada manusia adalah banyaknya bahan kimia yang ada di lingkungan kita, dan rekayasa genetika yang kerap dilakukan pada budidaya bahan pangan non-organik merupakan salah satu penyebabnya.
Sekitar 40 % kematian di dunia disebabkan oleh pencemaran lingkungan termasuk tanaman-tanaman yang dikonsumsi manusia, sementara dari 80 ribu jenis pestisida dan bahan kimia lain yang digunakan saat ini, hampir 10 % bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker. Sebuah penelitian tentang kanker juga pernah menyatakan bahwa sekitar 1,4 juta kanker di dunia disebabkan oleh pestisida.
Penggunaan pestisida sangat berdampak terhadap kesehatan dan lingkungan. Setiap hari ribuan petani dan para pekerja dipertanian diracuni oleh pestisida oleh pestisida  dan setiap tahun diperkirakan jutaan orang yang terlibat dipertanian menderita keracunan akibat penggunaan pestisida. Dalam beberapa kasus keracunan pestisida, petani dan pekerja di pertanian lainnya terkontaminasi (terpapar) pestisida pada proses mencampur dan menyemprotkan pestisida     (pan AP,2001). Di samping itu masyarakat sekitar lokasi pertanian sangat beresiko terkontaminasi pestisida melalui udara, tanah dan air yang ikut tercemar, bahkan konsumen melalui produk pertanian yang menggunakan pestisida juga beresiko terkontaminasi pestisida.
Penelitian terbaru mengenai bahaya pestisida terhadap keselamatan nyawa dan kesehatan manusia sangat mencengankan. WHO (World Helth Organization) dan Program Lingkungan PBB memperkirakan ada 3 juta orang yang bekerja pada sektor pertanian di negara-negara berkembang terkena racun pestisida dan sekitar 18 ribu orang diantaranya meninggal setiap tahunnya (Miller, 2004).
Menurut NRDC (Natural Resources Defenns Council) tahun 1998, hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan penderita kanker otak, leukemia dan cacat pada anak-anak awalnya disebabkan tercemar pestisida kimia.

USAHA-USAHA MENINGKATKAN HASIL PERTANIAN
1. Intensifikasi Pertanian
Intensifikasi pertanian adalah pengolahan lahan pertanian yang ada dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan berbagai sarana. Intensifikasi pertanian banyak dilakukan di Pulau Jawa dan Bali yang memiliki lahan pertanian sempit.
Pada awalnya intensifikasi pertanian ditempuh dengan program Panca Usaha Tani, yang kemudian dilanjutkan dengan program sapta usaha tani. Adapun sapta usaha tani dalam bidang pertanian meliputi kegiatan sebagai berikut :
  • Pengolahan tanah yang baik
  • Pengairan yang teratur
  • Pemilihan bibit unggul
  • Pemupukan
  • Pemberantasan hama dan penyakit tanaman
  • Pengolahan pasca panen
  
2. Ekstensifikasi Pertanian
Adalah usaha meningkatkan hasil pertanian dengan cara memperluas lahan pertanian baru,misalnya membuka hutan dan semak belukar, daerah sekitar rawa-rawa, dan daerah pertanian yang belum dimanfatkan. Selain itu, ekstensifikasi juga dilakukan dengan membuka persawahan pasang surut.
Ekstensifikasi pertanian banyak dilakukan di daerah jarang penduduk seperti di luar Pulau Jawa, khususnya di beberapa daerah tujuan transmigrasi, seperti Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya.


4.    Diversifikasi Pertanian
Adalah usaha penganekaragaman jenis usaha atau tanaman pertanian untuk menghindari ketergantungan pada salah satu hasil pertanian.
Diversifikasi pertanian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
  • Memperbanyak jenis kegiatan pertanian, misalnya seorang petani selain bertani juga beternak ayam dan beternak ikan.
  • Memperbanyak jenis tanaman pada suatu lahan, misalnya pada suatu lahan selain ditanam jagung juga ditanam padi ladang.
4. Mekanisasi Pertanian
Adalah usaha meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan mesin-mesin pertanian modern. Mekanisasi pertanian banyak dilakukan di luar Pulau Jawa yang memiliki lahan pertanian luas. Pada program mekanisasi pertanian, tenaga manusia dan hewan bukan menjadi tenaga utama.
5. Rehabilitasi Pertanian
Adalah usaha memperbaiki lahan pertanian yang semula tidak produktif atau sudah tidak berproduksi menjadi lahan produktif atau mengganti tanaman yang sudah tidak produktif menjadi tanaman yang lebih produktif.
Sebagai tindak lanjut dari program-program tersebut, pemerintah menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
  • Memperluas,memperbaiki dan memelihara jaringan irigasi yang meluas di seluruh wilayah Indonesia
  • Menyempurnakan sistem produksi pertanian pangan melalui penerapan berbagai paket program yang diawali dengan program Bimbingan Masal (Bimas) pada tahun 1970. Kemudian disusul dengan program intensifikasi Masal (Inmas), Intensifikasi Khusus (Insus) dan Supra Insus yang bertujuan meningkatkan produksi pangan secara berkesinambungan.
  • Membangun pabrik pupuk serta pabrik insektisida dan pestisida yang dilaksanakan untuk menunjang proses produksi pertanian.
Usaha-usaha meningkatkan hasil pertanian dapat dilakukan antara lain dengan cara :
  • Membangun gudang-gudang, pabrik penggilingan padi dan menetapkan harga dasar gabah
  • Memberikan berbagai subsidi dan insentif modal kepada para petani agar petani dapat meningkatkan produksi pertaniannya.
  • Menyempurnakan sistem kelembagaan usaha tani melalui pembentukan kelompok tani, dan Koperasi Unit Desa (KUD) di seluruh pelosok daerah yang bertujuan untuk memberikan motivasi produksi dan mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi para petani.


HARAPAN EKOSISTEM PERTANIAN DI MASA YANG AKAN DATANG
Beberapa tahun terakhir ini, sektor pertanian kembali menjadi sorotan publik.Hal ini dikarenakan selama Indonesia mengalami masa krisis ekonomi yang berkepanjangan, salah satu sektor yang mampu bertahan dari gonjangan tersebut adalah sektor pertanian. Oleh karena itu, sektor pertanian dinilai mampu memegang peranan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional, dan bahkan diharapkan dapat berperan di garis depan dalam mengatasi krisis ekonomi di era reformasi ini.
Peran pertanian sebagai peranan strategis sehingga sektor ini patut menjadi sektor andalan dan mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Pembangunan pertanian berkelanjutan pada masa mendatang bukan lagi sekedar bertumpu pada persoalan produksi semata, akan tetapi berwawasan peningkatan kesejahteraan petani, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan, pendidikan, dan keterampilan petani serta upaya perbaikan pelestarian sumberdaya dan lingkungan hidup yang disertai penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, harus mendapat prioritas yang tinggi dalam pembangunan pertanian pada era reformasi ini.Pembangunan pertanian harus dilakukan secara terpadu dalam suatu kesatuan sistem agribisnis sehingga mampu memanfaatkan sumberdaya domestik secara optimal. Strategi ini sekaligus merupakan suatu upaya yang sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu menyediakan pangan yang berkualitas dan cukup bagi masyarakat, serta menciptakan nilai tambah dan meningkatkan penerimaan devisa, sehingga lebih memperkuat ketahanan nasional.

1 komentar:

  1. Ayo ini ada peluang sukses di http://bisnisdataentry.blogspot.com/

    BalasHapus