2.1 POLA BERFIKIR STATISTIKA
Filosofi pikir untuk keilmuan
statistika yang benar tidak hanya mengolah data dan tidak sekedar menjalankan
aplikasi analisis data. Dalam statistika alur dan metodologi berfikir
keilmuannya sudah ada dalam kehidupan kita sehari-hari bahkan pola Dalam
berfikir untuk memutuskan suatu tindakan yang kita ambil pun sudah
menggunakannya. Setiap saat kita akan menginput data yang sangat berlimpah ke
dalam otak kita kemudian otak mengolah dan menganalisisnya, hasil analisis
inilah yang akan dijadikan sebagai dasar kita membuat keputusan.
1. Statistika dikumpulkan dari :
a.
Survey/eksperimen
·
Pengamatan
tak lengkap (acak)
·
Bukan
kepastian
·
Desain
harus benar
·
Masih
bisa di uji
Dalam konteks ini bahwa semua
subjek itu tidak dikumpulkan kalau kita melakukan suatu eksperimen tidak semua
orang harus ikut dalam eksperimen tersebut, sehingga bukan kapastian dalam
artian kalau si A yang melakukan survey maka bisa jadi yang ke ambil objek 1,
2, dan 3. Jika si B yang mengambil survey yang keambil objek 10, 11, dan 12.
Akan tetapi itu bisa dibuktikan secara matematik bahwa itu bisa dilakukan untuk
melakukan inferensia yang nantinya bisa didiskusikan lagi. Desainnya juga harus
benar jika melakukan survey, misalkan kita mau mencari rata – rata tinggi
mahasiswa universitas X, dalam mencari kebenarannya yaitu tinggi rata – rata
seluruh mahasiswa di universita X. tidak mungkin mengukur setiap tinggi
mahasiswa, maka dari itu kita lakukakn sampling. Kalau melakukan survey di
universitas X hanya di fakultas teknik saja tentu desainnya tidak benar, karena
rasio jenis kelamin fakultas teknik itu berbeda dengan rasio jenis kelamin
fakultas lain. Secara rata – rata, jika kita melakukan sampling di fakultas
teknik saja tentunya desainnya tidak benar sehingga survey masih bisa di uji.
b.
Sensus
·
Pengamatan
lengkap
Setiap
objek itu benar – benar dikumpulkan tidak ada yang menggunakan sampling. Jika
ingin mengetahui penduduk di Indonesia dari sabang sampai merauke setiap orang
harus di data dan diamati dimasukkan kedalam pengamatan atau melalui sensus.
karena sensus biayanya besar maka diadakan disetiap Negara hanya sepuluh tahun
sekali.
2. Kepercayaan orang mengenai
statistika
Dalam riset atau konteks yang
sangat luas kepercayaan orang mengenai statistika, yaitu :
a)
There
are lies damned lies and statistics ( Disraeli, mantan PM Inggris )
Artinya
ada kebohongan diatas kebohongan itu jadi besar, diatas kebohongan yang besar
ada statistic.
b)
You
can prove anything with statistics
Supaya
kepercayaan orang mengenai statistika bisa kita luruskan tidak lain, karena
memahami seperti ilmi statistika itu apa dan perlunya komunikasi antara
statistikawan dengan orang – orang lain diluar statistika. Perlunya komunikasi
dan pengertian ini dapat membuat statistika sebagai ilmu yang mampu mendudukkan
perkara pada tempatnya.
3. Pembuktian statistika
Dalam melakukan penelitian
statistika yang harus dibuktikan yaitu :
a.
Riset
yang mengevaluasi hipotesis memerlukan analisa statistika yang sesui
b.
Informasi
numeric seringkali merupakan contoh sample dari populasi
c.
Kesimpulan/inferensia
(inferences) dari contoh didasarkan pada ketidakpastian (uncertainty)
d.
Statistika
tidak bisa membuktikan (prove) tapi hanya memberikan petunjuk/tuntunan mengenai
konklusi yang paling bisa diterima
4. Peran statistika
a.
Meringkas
informasi (deskriptif)
Bisa
dikatakan mengambil inti dari semua data yang ada. Banyak sekali cara meringkas
baik secara numeric maupun visual.
b.
Memodelkan
situasi yang mengandung ketidakpastian (baca: mencari pola)
- Memungkinkan kesimpulan diambil
berdasarkan informasi tidak lengkap
- Memodelkan hbungan antar peubah
- Memodelkan keragaman dalam pengamatan
c.
Mengambil
keputusan berdasarkan informasi
Guna
dari statistika menuntun orang yang mengambil keputusan peluang yang meleset.
d.
Mendukung
penyelidikn dalam konteks luas
Penyelidikan
ilmiah, sosiologi, dan criminal.
5. Komponen dari analisis statistika
a.
Formulasi
Masalah
Langkah
pertama dalam berfikir statistika yaitu :
1.
A
weel – defined problem is half solved
Jika
masalahnya ketahuan maka tinggal mencari solusi saja. Tapi kalau masalahnya
tidak diketahui sampai kapanpun tidak akan terpecahkn masalah tersebut.
2.
Titik
lemah dalam penyelesaian masalah atau riset
3.
Latar
belakang
4.
Tujuan
5.
Permulasi
hipotesis
6.
Factor
contributor
7.
Apakah
eksperimen (lanjutan) diperlukan
b.
Mengidentifikasi
teknik dan model yang sesuai
c.
Menentukan
apa, bagaimana, dan seberapa banyak data untuk dikumpulkan
d.
Menganalisis
dan menafsirkan data
e.
Membuat
keputusan
f.
Validasi
model
g.
Presentasi
informasi dan hasil (kesimpulan)
h.
Pengulangan
langkah
2.2 INTERPRETASI/GALAT (error)
Apabila
kita melakukan uji hipotesis, maka yang akan membuat galat (error) dengan
peluang tertentu. Ada 2 jenis galat yaitu tipe 1 dan tipe 2 tidak bisa kita “
nolkan”. Mengurangi peluang membuat salah satu galat akan menaikkan yang lain.
Hipotesis
nol: hipotesis dimana kalkulasi test statistic bisa dilakukan. Atau (dalam
konteks umum) hipotesis yang ingin kita tolak.
·
Galat
tipe 1: hipotesis nol kita tolak, ternyata benar.
·
Galat
tipe 2: hipotesis nol tidak kita tolak, ternyata salah. Misalkan kita mau jalan-jalan
keluar rumah.
Masalah : bawa payung enggak ya? (hujan atau tidak).
Hipotesis
nol : cuaca cerah.
Pengujian
:
liat awan (dulu masih bisa).
Setelah melihat awan, kita ambil
keputusan:
Galat
tipe 1 : kita putuskan bahwa payung (cuaca akan hujan) ternyata
tetap cerah.
Galat
tipe 2 : kita putuskan tidak bawa payung (cuaca tetap carah)
ternyata hujan.
Diluar kedua galat ini, keputusan
kita tepat, kalau kita melakukan pengujian hipotesis dengan taraf signifikasi
5% (0,05) itu artinya peluang kita membuat galat tipe 1 itu 5%. Interpretasi
lain? Karena 5% itu 1/30, kita ekspek dari 20 kali melakukan uji hipotesis satu
kali keputusan salah. Haruskah 5% ?
tidak, tergantung konteks eksperimen “ High – inroughput” dan “ Engineering”. Galat
tipe 2 tidak bisa dikontrol secara langsung kecuali kalau kita punya target
(hipotesis alternative).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar